 |
Prof Dr H Muslimin Machmud, MSi, bertindak sebagai imam sekaligus khatib shalat Idul Ada 1446H/2025 di Masjid Al Amin Sawojajar Kota Malang, pada Kamis (6/6/2025). |
KOTA MALANG
– Gemuruh takbir, tahmid, tahlil,
dan tasbih memenuhi Masjid Al Amin Sawojajar Kota Malang Blok H3 RW 12 pada Jumat (6/6/2025) pagi
menandai perayaan Idul Adha 10 Zulhijah 1446 H. Jamaah berkumpul untuk
menunaikan shalat Idul Adha, merefleksikan makna mendalam dari hari raya yang
identik dengan pengorbanan ini.
Shalat Idul Adha di Masjid Al Amin tahun ini dipimpin Ustadz
Prof Dr H Muslimin
Machmud, MSi, yang bertindak sebagai imam sekaligus
khatib. Dalam khutbahnya yang berjudul “Menguji Keimanan
dengan Cara Berkurban “, dosen sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, mengajak seluruh umat Muslim untuk
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
"Mari kita tingkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dalam setiap keadaan, dengan
menjalankan apa yang diperintahkan-Nya, dan menghindari apa yang menjadi
larangannya," tegas Prof. Muslimin.
Prof. Muslimin menyoroti pentingnya
merenungkan kebesaran hari Idul Adha. Ia mengutip sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW bertanya kepada
para sahabat tentang bulan, negeri, dan hari yang mereka alami. Kemudian
Rasulullah bersabda, "Sungguh
darah, harta dan kehormatan kalian adalah hal yang mulia bagi kalian
sebagaimana mulianya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian
ini. Sungguh kalian bakal menghadap pada Tuhan kalian, lalu Allah akan menanyai
kalian mengenai amal perbuatan kalian."
Namun, Prof. Muslimin juga
menyampaikan keprihatinannya. Ia merasa bahwa kemuliaan hari ini seolah tak
berbekas di hati sebagian umat. "Kita semakin tidak merasakan
kebesarannya. Mungkin kita melakukan ritual rutin pada hari itu: dengan
melakukan salat Idul Adha dan berkurban. Namun selebihnya, kita tidak merasakan
apa-apa," ujarnya.
Ia menyayangkan masih banyaknya
pelanggaran dan pengabaian perintah Allah, seperti pencurian, penipuan,
korupsi, dan penindasan, yang terus berlanjut meski telah melewati hari yang
agung ini.
Kalimat takbir, "Allahu
Akbar," ditekankan sebagai ucapan yang sangat agung. Prof. Muslimin
menjelaskan bahwa takbir selalu dikumandangkan dalam berbagai momen penting,
mulai dari azan, iqamah, pembukaan salat, kelahiran bayi, penyembelihan hewan,
hingga di medan perang. Ia mengingatkan bahwa takbir harus menanamkan keyakinan
bahwa hanya Allah yang Mahabesar dan Mahaagung, sedangkan selain-Nya adalah
kecil dan lemah.
"Segala hal yang sering kita
bangga-banggakan, berupa kekayaan harta, mobil mewah, rumah megah, kedudukan
dan pangkat yang tinggi, semuanya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa
dihadapan Allah SWT," kata Prof. Muslimin.
Sayangnya, lafaz takbir yang mulia
ini seringkali disalahgunakan. Prof. Muslimin menyoroti fenomena takbir yang
diteriakkan dalam aksi anarkis, perusakan fasilitas umum, atau saat saling
mencaci menjelang pemilu. "Apakah pantas kebesaran lafadz takbir tersebut
diucapkan bersamaan dengan mengganggu orang lain dan merusak?" tanyanya
retoris.
Ia mengingatkan bahwa Rasulullah SAW
telah menegaskan bahwa sesama Muslim adalah mulia dan bersaudara, sehingga
saling mencaci dan menghujat adalah hal yang tidak pantas.
Prof. Muslimin menjelaskan bahwa
Idul Adha adalah momen spesial bagi umat Islam di seluruh dunia, ditandai
dengan ibadah haji dan pelaksanaan kurban. Kurban, kata beliau, merupakan
bentuk solidaritas kepada kaum fakir, miskin, kerabat, dan tetangga. Kedua
ibadah ini tak lepas dari sejarah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.
"Ketika Rasulullah SAW ditanya
oleh sahabatnya mengenai apa udhiyah (penyembelihan kurban) itu? Beliau
menegaskan: Sunnatan Abiyikum Iberahim (ini adalah sunnah bapakmu, Nabi Ibrahim)," ungkap Prof.
Muslimin.
Ia mengisahkan kembali perintah
Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail, yang
merupakan anugerah termahal. Kisah ini menunjukkan puncak kecintaan Nabi
Ibrahim kepada Allah yang mengalahkan segalanya. Melalui musyawarah dan
persetujuan Ismail, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah itu, meskipun pada
akhirnya Allah menggantikan Ismail dengan sembelihan yang besar, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran surat As-Shaaffat ayat 107: "Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
Kisah ini, lanjut Prof. Muslimin,
membuktikan bahwa perintah dalam mimpi Nabi Ibrahim adalah ujian.
"Larangan Allah terhadap penyembelihan darah manusia (Ismail) oleh Nabi
Ibrahim membuktikan bahwa perintah yang didapat dari mimpi tersebut sebatas
ujian dan bahwa ritual pengorbanan nyawa manusia sebagaimana tradisi biadab
sejumlah kaum terdahulu adalah hal yang dikecam keras," jelasnya. Nabi
Ibrahim berhasil lulus dari ujian berat ini, menunjukkan bahwa tak ada harta
paling sejati dan mahal dibanding ketundukan total kepada Allah.

Prof. Muslimin mengutip Al-Quran
surat At-Taghabun ayat 15: "Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah-lah pahala yang
besar." Ia menekankan bahwa mengorbankan sebagian harta lillâhi
ta'âlâ tidak akan merugikan, melainkan merupakan cara pandang manusia yang
visioner menuju kebahagiaan abadi di akhirat. Hal ini senada dengan firman
Allah dalam QS Al-An'am ayat 32: "Dan
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah bermain-main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?"
Menutup khutbahnya, Prof. Muslimin
berharap perayaan Idul Adha dapat menggugah semangat berkorban bagi Indonesia
yang sedang menghadapi berbagai permasalahan, seperti krisis moral, beban
ekonomi, kualitas pendidikan, maraknya narkoba, dan kenakalan remaja.
"Dalam kondisi seperti ini
sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan para pemimpin kita,
elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan
kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara," harapnya. Ia
menegaskan bahwa perjuangan menyejahterakan umat memerlukan keterlibatan semua
pihak.
"Mudah-mudahan perayaan Idul
Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan
agama, bangsa dan negara," tutup Prof. Muslimin, seraya berharap ibadah
kurban seluruh umat diterima Allah SWT dan senantiasa diberkahi. (hen)
**********
Foto-foto lain pelaksanaan Shalat
Idul Adha 1446 H di Masjid Al Amin: