Ibu-ibu
PKK RW12 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, peserta pelatihan
perawatan jenazah akhwat di Masjid Al Amin Jalan Danau Sentani Utara Blok H3 RW 12,
Sabtu (19/3/2022).
|
Pelatihan
dihadiri 33 orang peserta dari perwakilan RT 1-6 di lingkungan RW 12 ini. Masing-masing
RT mengirimkan perwakilannya sebanyak lima orang. Giat ini dipandu oleh delapan
akhwat dari majelis taklim Omah Tahes Malang di bawah pembinaan Lagzis Peduli.
Digelarnya
pelatihan ini tidak lepas dari peran sentral Ibu Yuliani, anggota PKK RW12 dari
RT03 yang telah melakukan persiapannya secara mandiri sejak 2 bulan sebelumnya.
Persiapan yang dilakukan mulai dari mencari pemateri dari Omah Tahes Malang, menyiapkan undangan, menggali dana untuk cenderamata delapan pemateri dan konsumsi seluruh peserta, menyiapkan kebutuhan untuk tempat praktik mandi jenazah dengan menghubungi para bapak-bapak RW 12 yang bisa membantu menyiapkan tempat tersebut, dan lainnya.
“Didatangkannya
pemateri dari Omah Tahes Malang karena kebetulan saya sudah kenal dengan ustadzah-ustadzahnya
sehubungan seringnya ikut kajian yang diadakan mereka,” ungkapnya.
Perempuan
yang akrab disapa Bu Yul ini juga berperan besar dalam keberhasilannya “merayu”
dua ibu-ibu yakni Nefri Dudiono dan Yuni Susanto agar bersedia menjadi peraga untuk
dimandikan dan dikafani dalam praktik langsung memandikan dan mengafani.
“Bersedianya
Bu Nefri Dudiono dan Bu Yuni Susanto menjadi peraga sangat kami apresiasi
karena memang sulit mencari peraga asli yang bersedia,” ujarnya.
Sementara
itu, Hj Liza Retnowulan, selaku ibu RW 12 Kelurahan Madyopuro sekaligus Ketua
Rukem RW12, mengungkapkan pada pelatihan ini diberikan penjelasan secara rinci
mengenai penyelenggaraan jenazah secara syar’i, lalu dilanjutkan praktik dalam
pengurusan jenazah.
“Tujuan
dari pelatihan ini supaya ibu-ibu di PKK RW 12 bisa satu persepsi dalam
penanganan perawatan jenazah secara syar’i yang didapat melalui pelatihan,”
ujar Liza RW, sapaan akrab Hj Liza Retnowulan.
Ia
menambahkan, di PKK RW 12 sendiri sudah ada rukun kematian (Rukem) dengan
jumlah perawat jenazah yang terbatas. “Digelarnya pelatihan ini sekaligus
proses kaderisasi positif agar ibu-ibu dapat mengenal, memahami, dan memiliki
kemampuan terkait tata cara penyelenggaraan perawatan jenazah secara syar’i, mulai
dari merawat, memandikan, mengkafani, dan menshalati,” jelasnya.
Setelah pemberian materi, ia melanjutkan, dilakukan praktik mandiri tata cara memandikan, mengkafani, dan menshalati yang terbagi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 11 orang.
“Adanya
praktik langsung bisa dibetulkan saat itu juga oleh pemateri jika ada
kekeliruan, termasuk di antaranya praktik shalat jenazah berjamaah,” tandasnya.
Dalam
paparannya, Ibu Ana, pemateri dari Omah Tahes Malang mengungkapkan merawat
jenazah secara syar’i akan mendapatkan banyak keuntungan bagi perawat jenazah.
Yang pertama dapat pahala, lalu tertutup aib dari jenazah karena dalam
merawatnya tetap tidak boleh melihat aurat jenazah.
Keuntungan
lainnya, hasil akhir dari perawatan secara syar’i, adalah jenazah terlihat
rapi, tidak menakutkan, dan tetap terlihat cantik. Kalau itu sudah berhasil
dilaksanakan akan menjadi kepuasan tersendiri bagi para perawat jenazah.
"Harapan
kami, kader perawat jenazah ini bisa lebih utama dapat merawat jenazah bila ada
keluarga yang meninggal, sehingga bisa lebih menutup aib jenazah disamping
sebagai petugas/team perawat jenazah di lingkunganya dengan amanah,"
ucapnya. (hen)